Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, Januari 13, 2009

Widyaiswara Sebagai Ujung Tombak

Widyaiswara Sebagai Ujung Tombak

Widyaiswara yang ada di Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru adalah sangat cukup menurut jumlahnya / kuantitasnya yaitu sepuluh ( 10) orang ini sesuai dengan sarana ruangan kelas yang ada di Balai Dilat Kehutanan Pekanbaru, yaitu mampu melaksanakan paralel tiga (3) diklat dalam waktu bersamaan, namun kalau ditilik dalam hal penguasaan materi yang di kuasahi oleh Widyaiswara sesuai dengan jenis diklat yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru seperti nampaknya ada beberapa ilmu tekhnis (kehutanan) maupun administratif (non kehutanan) masih kekurangan tenaga ahlinya (Widyaiswara).
Widyaiswara sebagai ujung tombak (menghadapi masalah terdepan dan menyelesaikannya) dalam kediklatan kususnya pembelajaran maka sewajarnya kalau selalu haus akan ilmu, dan selalu menambahnya dengan banyak membaca, belajar, magang, kursus, dan sharring sesama Widyaiswara, dalam rangka meningkatkan kualitas dan menyegarkan kembali ilmu yang dikuasahinya (refreshing).
Mengingat Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru adalah cenderung melaksanakan kediklatan kehutanan yang selalu ada kegitan fisik (praktek) dilapangan maka wajar kalau dituntut Widyaiswara haruslah mempunyai kondidsi fisik yang sehat (prima) hingga bugar maka dalam melaksanakan tugasnya tidak ada hambatan kesehatan, berbeda dengan kediklatan yang banyak mentransfer ilmu secara teoritis saja dimana kondisi fisik tidaklah dituntut sebugar dengan kondidsi fisik para Widyaiswara yang menyampaikan materi dengan materi diklat praktek, materi praktek dikehutanan memerlukan kondidsi badan yang cukup sehat. Karena para Widyaiswara ini dituntut harus berjalan beberapa ratus meter bahkan berkilo-kilo ditambah lagi naik turun bukit, aktifitas seperti ini tentunya tidak dapat dilakukan oleh Widyaiswara yang mempunyai kesehatan / kondisi fisik yang sedang – sedang saja, atau bahkan kesehatan dibawah standard. Maka wajar apabila Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru haruslah sangat memperhastikan kesehatan / kondisi fisiknya, dengan kondisi fisik yang bugar maka seorang Widyaiswara akan dapat melakukan aktifitas yang baik, hingga akhirnya akan lebih produktif, nah untuk menjaga kesehatan dapat juga dengan menjaga berat badan
A. Widyaiswara dan sarana pendukungnya.
Widyaiswara akan lebih produktif apabila didukung dengan sarana yang lengkap, sarana – sarana itu terdiri diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Buku.
Widyaiswara adalah ujung tombak dalam pentransferan ilmu, maka fajar apabila selalu dituntut punya buku referensi yang banyak, dan ingat buku adalah jendela ilmu, dan secara defacto / kenyataan bahwa memang buku seperti itu, dengan membaca buku pasti akan bertambah ilmunya, dan ilmu selalu berkebang. Untuk satu mata diklat rata-rata diperlukan bahan bacaaan minimal dua buku tentunya bagi Widyaiswara yang ingin tampil maksimal, artinya dapat mengajarkan dengan baik materi yang akan diajarkan. Buku dapat dipakai beberapa kali baca artinya buku tidak habis pakai dan buku dapatlah dibuat pustaka keluarga.

2. Komputer / Laptop satu set dengan printer.
Sangat diperlukan oleh “Widyaiswara” bahkan menjadi klebutuhan wajib (primer) komputer dipakai untuk , belajar, membuat bahan ajar, mengajar. dimana bahan ajar ini haruslah selalu disiapkan oleh para Widyaiswara sebelum Widyaiswara mengajar, bahan ajar juga dapat dipakai sebagai prasyarat untuk mengajukan Penilaian Angka Kredit (PAK).
3. Internet.
Internet sungguh sangat bermanfaat sekali bagi Widyaiswara, bagi Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru 99 % sering membuka dan memakai Internet baik itu untuk mencari bacaan sebagai bahan pelengkap dan pembanding bahan ajar / materi yang akan diajarkan. Internet juga dapat dipakai tempat mendapatkan informasi, data, humor, bahkan sampai transaksi jual beli buku / barang, di internet banyak sekali yang dapat diambil manfaatnya, namun di internet juga banyak “sesuatu” yang tidak cocok dengan adat kebudyaan bangsa Indonesia sebagai contoh kasus kasus belakangan ini yang menjadi buah bibir publik, Lautan pelajar Indramayu gate, hingga Bupati Kabupaten Indramayu terlontar akan melakukan tes Virginitas semua siswa tingkat SMU di Indramayu, hingga akhirnya menjadi polemik nasional, kasus yang kedua foto tak senonoh pelajar di Sumbar yang membuat masyarakat tersentak dimana Sumbar sangat terkenal dengan religiousnya. Internet juga dapat sebagai penghubung antar komputer hingga dapat dijadikan efisiensi dalam bekerja. Widyaiswara sebagai ujung tombak perlu didukung sarana dan prasrana yang diperlukannya, pendukung utama yang diharapkan adalah Instansi yang menaungi, selamat berkarya para Widyaiswara. Pahlawan tanpa tanda jasa seoalah kunang-kunang yang tak pernah berhenti terbang.
Ditulis :WIBOWO

1 komentar:

  1. Baik dan sempurnakan terus Om Bowo.
    Ada hal yang kupikir perlu ditambahkan untuk diulas, yaitu : a)kawan-kawan di LAN sering katakan Widya (kebenaran), dan iswara (suara), PEMBAWA SUARA KEBENARAN; b) beberapa waktu lalu di Pusdiklat Kehutanan Bogor, sering didengungkan Widyaiswara sebagai ROH dan PILAR UTAMA lembaga diklat; dan...akh itu dululah, kapan-kapan sambung lagi. Makasih !

    BalasHapus